SURAT AL-HUJURAT AYAT 13
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Study al-Qur’an”
Disusun Oleh :
Kelompok VII/TB.E
1.
Lilik Retnowati (210312165)
2.
Aminuddin
ma’ruf (210312166)
3.
Moh. Faiz Zein (210312167)
Dosen
Pengampu:
Umar
Sidiq, M.Ag
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2013
A.
Surat Al Hujurat Ayat 13
$pkr'¯»t
â¨$¨Z9$# $¯RÎ)
/ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur
öNä3»oYù=yèy_ur
$\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9
4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã
«!$# öNä39s)ø?r&
4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã
×Î7yz
ÇÊÌÈ
B.
Mufrodat
Arti
|
Mufrodat
|
No
|
Menciptakan
kamu
|
خلقنكم
|
1
|
Menjadikan
kamu
|
وجعلنكم
|
2
|
Bangsa-bangsa
|
شعوبا
|
3
|
Suku-suku
|
وقبائل
|
4
|
Saling
mengenal
|
لتعارفوا
|
5
|
Bertakwa
|
اتقكم
|
6
|
Paling
mulia
|
اكرمكم
|
7
|
C.
.Terjemahan
“Hai manusia,
Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Penyanyang”.[1]
1
|
D.
Sebab Turunnya
Ayat / Asbabun
Nuzul
Dikemukakan
oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abi Malikah yang berkata : Ketika
terjadi penaklukan kota makah bilal naik keatas panggung ka’bah dan
mengumandangkan adzan. Orang yang berkata :”orang yang adzan diatas ka’bah
itukan budak hitam” maka berkatalah sebagiannya “sekiranya Allah membecinya,
tentu akan menggantinya”. Maka Allah menurunkan ayat “Yaa Ayyuhannasu Innaa
Khalaqnakum Min Dzakarin Wa
Untsaa........................................................... sampai akhir
ayat” (Juz. 26, 49/Al Hujurat : 13) barkenaan dengan peristiwa itu, yang
menerangkan bahwa didalam agama islam tidak mengenal diskriminasi. Ukuran
kemuliaan seseorang hanyalah tergantung ketakwaannya kepada Allah.
Ibnu Asakir
berkata di dalam mubhimatnya : Saya mendapati khath Ibnu Basyukual, bahwa Abu
Bakar bin Abi Dawud mengemukakan didalam tafsirnya : Bahwa ayat terseburt diturunkan
berkenaan dengan Abi Hindun. Olah Rasul Allah menyuruh kaum Bani Bayadlah untuk
mengawinkan salah seorang wanita mereka dengannya. Mereka berkata : “Ya
Rasulullah, pantaskah kami mengawinkan
putri-putri kami dengan maula-maula kami?” Maka turunlah ayat tersebut (juz.
26, 49/Al Hujurat : 13) berkenaan dengan peristiwa itu yang menegaskan bahwa
islam tidak mengenal perbenaan antara bekas budak dengan orang merdeka.[2]
E.
Ayat Pendukung
1.
Ar Ruum Ayat 22
ô`ÏBur ¾ÏmÏG»t#uä
ß,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur ß#»n=ÏG÷z$#ur
öNà6ÏGoYÅ¡ø9r& ö/ä3ÏRºuqø9r&ur
4 ¨bÎ) Îû
y7Ï9ºs
;M»tUy
tûüÏJÎ=»yèù=Ïj9
ÇËËÈ
“Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan
bumi serta berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui.”(Ar-Ruum: 22)
2.
Surat Yaasiin
Ayat 36
z`»ysö6ß
Ï%©!$#
t,n=y{ ylºurøF{$#
$yg¯=à2
$£JÏB
àMÎ7/Yè? ÞÚöF{$# ô`ÏBur óOÎgÅ¡àÿRr&
$£JÏBur
w tbqßJn=ôèt
ÇÌÏÈ
“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui.”(Yasiin: 36)
3.
Surat Al–Anbiya
ayat 92
¨bÎ) ÿ¾ÍnÉ»yd
öNä3çF¨Bé& Zp¨Bé& ZoyÏmºur
O$tRr&ur öNà6/u Âcrßç7ôã$$sù
ÇÒËÈ
“Sesungguhnya
(agama tauhuid) ini adalah agama kamu semua:agama yang satu dan aku adalah
Tuhanmu, maka sembahlah aku”[3]. (Al–Anbiya:
92)
4.
Surat Al-Maidah
Ayat 8
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä
(#qçRqä.
úüÏBº§qs%
¬!
uä!#ypkà
ÅÝó¡É)ø9$$Î/
( wur
öNà6¨ZtBÌôft
ãb$t«oYx© BQöqs%
#n?tã
wr&
(#qä9Ï÷ès? 4 (#qä9Ïôã$# uqèd
Ü>tø%r&
3uqø)G=Ï9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$#
4 cÎ)
©!$#
7Î6yz $yJÎ/ cqè=yJ÷ès? ÇÑÈ
“Hai orang-orang yang
beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran)
karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[4] (Al-Maidah:
8)
F.
Isi Kandungan
Surat Hujurat Ayat 13
Pada surat Al Hujurat ayat 13 telah
dijelaskan bahwa manusia diciptakan dari seorang laki-laki dan perempuan, yang
kemudian terdiri dari orang-orang yang berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.
Tujuannya bukan untuk saling menjegal dan bermusuhan, tetapi supaya harmonis
dan saling mengenal. Adapun perbedaan bahasa dan warna kulit, perbedaan watak
dan akhlak, serta perbedaan bakat dan potensi merupakan keragaman yang tidak
perlu menimbulkan pertentangan dan perselisihan. Namun, justru untuk
menimbulkan kerja sama supaya bangkit dalam memikul segala tugas dan memenuhi
segala kebutuhan.
Warna kulit, ras, bahasa, negara, dan
lainnya tidak ada dalam pertimbangan Allah. Di sana hanya ada satu timbangan
untuk menguji seluruh nilai dan mengetahui keutamaan manusia, orang yang paling
mulia adalah orang yang paling bertakwa.
Demikianlah seluruh sebab pertengkaran dan
permusuhan telah dilenyapkan di bumi dan seluruh nilai dipertahankan manusia
telah dihapuskan. Lalu, tampaklah dengan jelas sarana utama bagi terciptanya
kerja sama dan keharmonisan. Yaitu, ketuhanan Allah bagi semua dan terciptanya
mereka dari asal yang satu.
Kemudian naiklah satu panji yang
diperebutkan semua orang agar dapat bernaung dibawahnya. Yaitu, panji ketakwaan
di bawah naungan Allah. Inilah panji yang dikerek Islam untuk menyelamatkan
umat manusia dari fanatisme ras, fanatisme daerah, fanatisme kabilah, dan
fanatisme rumah. Semua ini merupakan kejahiliahan yang kemudian dikemas dalam
berbagai model dan dinamai dengan berbagai istilah. Semuanya merupakan
kejahiliahan yang tidak berkaitan dengan Islam.
Islam memerangi fanatisme jahiliah ini
serta segala sosok dan bentuknya agar sistem Islam yang manusiawi dan
mengglobal ini tegak dibawah satu panji, yaitu panji Allah. Bukan panji negara,
bukan panji nasionalisme, bukan panji keluarga, dan bukan panji ras.
Rasulullah bersabda:
“Kamu semua merupakan keturunan Adam dan Adam diciptakan dari
tanah. Hendaklah suatu kaum menahan dari membanggakan nenek moyangnya, atau
jadilah kalian makhluk yang lebih remeh bagi Allah daripada ju’lan.” (HR Abu
Bakar al-Bazzar)
Nabi saw. bersabda ihwal fanatisme
jahiliah:
“Tinggalkanlah ia karena merupakan bangkai.” (HR Muslim)
Inilah prinsip yang menjadi fondasi
masyarakat Islam. Yaitu, masyarakat yang manusiawi dan mendunia, yang
senantiasa dibayangkan aktualisasinya dalam suatu warna. Tetapi, kemudian ia
memudar sebab tidak menempuh satu-satunya jalan yang mengantarkan kejalan
lurus, yaitu jalan menuju Allah. Juga karena masyarakat itu tidak berdiri di
bawah satu-satunya panji yang mempersatukan, yaitu panji Allah.[5]
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Al-Jumanatul. Terjamah Al-Qur’an. Depag RI: CV J-ART,
2005.
Dasuki, Hafist,
dkk. Al-Qur’an dan Tafsir Jilid 9. Yogyakarta: PT Dana Bakti Waqaf,
1995.
Lubabun nuqul
Fi Asbabun Nuzul. Surabaya:
Mutiara Ilmu.
Mustofa
Al-Marigi, Ahmad. Tafsir Al-Maragi. Semarang: CV Toha Putra, 1986.
Quth, Sayyid. Tafsir
Fi zhilalahi Qur’an jilid 10. Jakarta: Gema insani Press, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar